Mataram NTB – Setelah 10 WNA China ditangkap pihak Imigrasi Mataram karena diduga terlibat jual beli mutiara ilegal di Lombok, menurut salah satu media, berdampak besar digelarnya NTB World Tour. khususnya Lombok.
Kebanyakan turis Tiongkok takut datang ke Lombok karena kejadian ini. Hal ini justru berdampak negatif terhadap perkembangan perekonomian Lombok dan pariwisata secara umum.
Nasib malang menimpa pemandu wisata Batulayar Iskandar dan pedagang mutiara lokal Lombok Rizky Akbar. Keduanya mengungkapkan kekecewaannya di hadapan awak media di Aruna Hotel Senggigi Lombok, Kamis (10/10/2024).
Pemandu wisata Batulayar, Lombok Barat, Iskandar dan pemilik Inside Lombok Travel mengungkapkan kekecewaannya atas kejadian yang berdampak negatif terhadap perkembangan pariwisata di Lombok.
“Saya kira kejadian ini salah paham. Teman-teman dari Tiongkok yang sebenarnya ada di Lombok ikut membantu meningkatkan pariwisata di Lombok, tidak hanya mampu mendatangkan lebih banyak orang/wisatawan dari Tiongkok, namun mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan membeli lebih banyak. , termasuk membeli mutiara. katanya.
Menurutnya, kabar tersebut kini sudah tersebar luas di China sehingga sebagian besar masyarakat yang ingin datang ke Lombok terpaksa menundanya karena takut hal tersebut menimpa temannya seperti pemberitaan tersebut.
Padahal, kehadiran wisatawan Tiongkok yang melakukan jual beli mutiara sangat bermanfaat bagi para pedagang mutiara lokal, karena menurut data yang diketahui, semua jenis mutiara laut di dunia sebagian besar berasal dari Indonesia, termasuk Lombok. Sebaliknya di China yang pasti tidak ada mutiara laut, yang ada hanya mutiara air tawar.
“Teman Tionghoa kitalah yang menjual mutiara kepada teman/turis Tionghoanya dan mengajak mereka datang ke Lombok untuk bermain. Melalui postingan teman Tionghoa di Lombok tentang Mutiara, semua Tionghoa sudah melihatnya, dan yang berminat datang ke Lombok. – Kalau kita ke Lombok, tentu yang berjualan mutiara, tapi juga hotel, penjual makanan dan lain-lain yang berjuang dengan perubahan itu, tegasnya.
Sebelum kabar tersebut tersebar di China, Aiskandar mengaku pernah melayani sekitar 350 tamu asal China dengan satu perusahaan travel miliknya, bukan dari agen lain yang sudah ada.
“Bulan lalu, dalam 20 hari, perjalanan saya menjemput 280 wisatawan asal Tiongkok, belum termasuk wisatawan lain yang ke Lombok. Tapi sekarang setelah membaca beritanya, tamu Tiongkok bisa dihitung dengan jari satu tangan,” akunya sambil menunjukkan perjalanannya informasi.
Sehingga menurutnya sangat disayangkan hanya segelintir masyarakat yang melaporkan adanya jual beli mutiara secara ilegal, karena tuduhan tersebut tidak benar. Karena teman-teman Tionghoa di Lombok mampu mengisi sebagian besar hotel di Senggigi.
“Itu adalah kesalahpahaman. Beberapa turis Tiongkok justru membeli mutiara dari pedagang lokal di Lombok. “Ini bukti adanya transaksi harian ratusan juta hingga miliaran rupiah dari masyarakat China yang membeli mutiara di salah satu toko Mutiara di kawasan Mataram,” tegasnya sambil menunjukkan bukti invoice penjualan mutiara CV NR senilai 482 juta dan dari. CV. Mutiara ANA bernilai 1,1 miliar.
“Ini bukti orang Tionghoa berjualan ke teman Tionghoanya. Belilah mutiara dari penjual lokal di Lombok,” imbuhnya.
Sementara itu, pedagang mutiara lokal Rizky Akbar, pemilik PT. Dua pedagang mutiara asal Kota Mataram menyayangkan penangkapan 10 orang Tionghoa yang diduga membeli ilegal. Karena sebenarnya mutiara ini merupakan mutiara yang berasal dari seluruh Indonesia dan sebenarnya dibeli di Lombok dari pedagang lokal lainnya.
Menurut pedagang mutiara di Hong Kong ini, kehadiran pedagang mutiara Cina di Lombok misalnya tidak mampu merebut pangsa pasar pedagang mutiara lokal. Karena mereka menjualnya kepada teman-teman dari Tiongkok yang diminta datang ke Lombok.
“Contohnya kalau saya orang Tionghoa, saya posting alam Lombok dan beberapa produk yang ada, termasuk mutiara, lalu teman-teman Tionghoa saya berkomentar, jadi tentu saja saya minta datang ke Lombok untuk melihat langsung. “Nah, itu lebih dari itu. kurang lebih bagaimana cara kerja pekerja China, sehingga masyarakat lokal tidak merugikan pasar kita karena mereka membuat pasarnya sendiri,” ujarnya, Kamis (10/10/2024).
Bisa dikatakan sebagian besar wisatawan yang sudah lama berkunjung ke Lombok adalah teman-temannya atau mereka yang mengetahui tentang Lombok dari akun media sosial. Jadi menurutnya sangat bermanfaat bagi dunia pariwisata kita, yaitu mereka yang mempromosikan negaranya dan bisa membawa teman-temannya ke Lombok.
“Yang pasti kalau mutiara ilegal dari China kenapa harus datang ke rombongan untuk membelinya, biaya dan akomodasinya terlalu mahal, lebih baik beli langsung dari China,” ujarnya bertanya-tanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, mari kita perbaiki kesalahan tersebut untuk menghidupkan kembali pariwisata Lombok. Untuk membangun kemitraan dan kerjasama yang baik dan sehat antara kami sebagai pendiri mutiara lokal dan pendiri mutiara Tiongkok agar keduanya memiliki nilai-nilai yang baik.
“Jika keadaan seperti ini terus terjadi, pasti akan menjadi bencana, tidak hanya di Mutiara, tapi perkembangan pariwisata di Lombok secara umum,” tutupnya. (adb)
Leave a Reply