PF MEDIA

Media Terbaik Membaca Berita Indonesia

Waspada Virus HMPV, Ini Penjelasan Pakar dan Panduan untuk Masyarakat

JAKARTA, Wabah human metapneumovirus atau HMPV yang saat ini menyebar di Tiongkok telah menarik perhatian dunia internasional. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) mengimbau masyarakat untuk waspada dan menjaga kesehatan untuk mencegah penularan. Untuk mengurangi risiko penularan, disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan seperti menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan dan memakai masker di tempat umum. Perwakilan Kementerian Kesehatan RI drg. Vidyavati, MKM, mengatakan sejauh ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Namun kami mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menjalani pola hidup bersih dan sehat,” kata Widyawati, seperti dilansir kemkes.go.id. juga meningkatkan pengawasan di pintu masuk negara, khususnya bagi pelaku perjalanan internasional yang memiliki gejala flu. “Kami terus melakukan koordinasi kelompok khusus untuk memastikan virus ini tidak masuk ke Indonesia,” ujarnya. Pedoman masyarakat yang ingin bepergian ke China Human metapneumovirus atau HMPV menjadi perbincangan pasca meningkatnya jumlah kasus di banyak negara. Namun, masyarakat diminta tenang dan tidak terlalu khawatir, katanya. menegaskan bahwa virus ini bukanlah ancaman yang besar di Indonesia. “Virus ini sudah ada sejak lama, terutama di negara-negara dengan musim dingin yang dingin. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena penyakit ini biasanya ringan dan bisa disembuhkan dengan sendirinya,” kata Prof. Zubairi Jakarta, Selasa (1/7/2025) Virus HMPV memiliki gejala yang mirip dengan flu dan COVID-19. Namun berat badannya rendah, terutama pada orang dewasa yang sehat. “Anak-anak kecil dan orang tua harus diwaspadai karena mereka lebih banyak terkena penyakit ini,” tambah Zubairi. Vindhu Purnomo, pakar biostatistik dan epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat atau FKM Universitas Airlangga yang dihubungi melalui telepon dari Jakarta menjelaskan, virus ini sudah dikenal sejak lama.  “Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 2001 di Belanda, namun diyakini sudah ada sejak tahun 1950-an,” ujarnya. Vindhu menegaskan, penyebaran virus HMPV mirip dengan penyebaran influenza dan COVID-19 melalui droplet atau kontak permukaan. Oleh karena itu, metode perlindungannya sama. “Pakai masker, cuci tangan, dan hindari kerumunan jika merasa sakit. Ini adalah langkah sederhana namun efektif,” jelas Vindhu. Perbedaan utama antara penyakit menular COVID-19 dan hMPV adalah tingkat keparahan dan penyebarannya. 19 bisa menimbulkan komplikasi yang serius, namun hMPV biasanya hanya menyebabkan batuk dan pilek yang menyerang saluran pernafasan bagian atas,” kata Vindhu. Namun, Prof Zubairi menyarankan masyarakat untuk berhati-hati ketika bepergian ke negara-negara dengan tingkat penyakit yang tinggi. “Jika merasa sakit, lebih baik perjalanan ditunda,” ujarnya. Peningkatan kasus hMPV telah dilaporkan di Tiongkok, India dan Malaysia dalam beberapa minggu terakhir. Meski demikian, peningkatan tersebut tidak perlu dikhawatirkan.  “Penyakit ini terutama terjadi di negara-negara musim dingin, namun tidak terjadi di negara-negara panas seperti Indonesia,” kata Prof. Zubair. Bagi masyarakat yang akan berangkat ke negara seperti China, Prof. Zubairi diminta menjaga kesehatan dan mengikuti aturan kesehatan secara umum.  “Masker dan cuci tangan adalah kunci utama agar terhindar dari infeksi,” kata Vindhu, “jika dua atau tiga hari Anda merasa sakit dan tidak enak badan, sebaiknya periksakan ke dokter, jangan ditunda-tunda, karena meskipun itu adalah penyakit. lemah, virus ini bisa menjadi serius, jika tidak ditangani dengan benar.” (hy/bp)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *