Ekonomi -desa -desa kecil mulai berkembang pesat di masjid lama dengan sejarah panjang. Masjid tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial lingkungan. Suatu hari, para pemimpin peziarah berbicara tentang nasib ekonomi mereka yang menjadi semakin sulit. Harga tuntutan dasar naik dengan pekerjaan terbatas dan banyak saudara dan saudari yang mengalami kesulitan tergantung pada tuntutan harian.
Di tengah percakapan yang hangat, seorang pemuda Ahmad mengusulkan ide yang terinspirasi oleh kisah ekonomi Nabi. “Mengapa kita tidak membangun ekonomi masyarakat?” Dia berkata dengan menarik. “Mengapa kita tidak mencoba menggunakannya lagi jika Muhajirin dan Ansar bisa bersatu dalam ekonomi berbagi di masa lalu?”
Tubuh mulai berpikir serius tentang ide itu. Mereka sepakat bahwa masjid itu bukan hanya tempat ibadah tetapi juga pusat otoritas ekonomi. Mereka telah mulai mengembangkan transaksi karyawan sebagai koperasi, mengelolanya bersama dan mengembangkan strategi yang memberdayakan UKM (UMKM) dari peziarah.
Kolaboratif “Baitul Mal Jamaah” lahir dalam beberapa bulan. Dengan investasi bersama anggota, mereka membuka makanan yang menjual tuntutan dasar dengan harga murah untuk hadiah yang buruk. Selain itu, lembaga pelatihan harus diberlakukan, dan para peziarah tanpa pekerjaan harus mandiri. Setiap hari Jumat, ada sesi bisnis Syariah di mana pengusaha memiliki pengalaman dan pengetahuan.
Keberhasilan ini tidak dapat dipisahkan dari prinsip -prinsip kerja sama dan berkah bersama. Penjual roti yang disebut Pak Hadi, yang memiliki bisnis kecil, sekarang dapat meningkat lagi karena sistem modal putar yang memberikan masjid koperasi. Demikian pula, dengan kota, pembantu rumah tangga sekarang dapat memproduksi dan menjual berbagai makanan ringan melalui jaringan ekonomi seorang peziarah.
Dia tidak merasa setahun dan hasilnya sangat baik. Kuil, yang dulunya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, sekarang menjadi pusat kehidupan masyarakat. Ekonomi peziarah telah berkembang pesat, pengangguran telah menurun, dan banyak keluarga memiliki sumber pendapatan.
Amaz dan penyembah tahu bahwa keberhasilan ini tidak hanya berlaku untuk uang atau pekerjaan, tetapi juga mengembalikan semangat persekutuan untuk menerima kuliah oleh Islam. Ekonomi Kuil bukan hanya konsep, tetapi juga cara hidup yang membawa berkah.
Masjid sekarang menjadi saksi bahwa kesejahteraan bukan hanya mimpi ketika orang dipersatukan dengan niat baik. Dan dalam setiap badai mereka, doa ditemukan terus memperluas berkat ini dan untuk menghidupkan kembali semua orang dengan lebih banyak kuil dan manfaat yang lebih luas. (H. Abubakar)
Leave a Reply