PF Media, JAKARTA-Avatr memasuki pasar otomotif Thailand pada pekan lalu, menjadi yang terbaru dari daftar panjang produsen mobil China (Tiongkok) yang menjajaki negara Asia Tenggara tersebut.

Startup ini meluncurkan SUV coupe Avatr 11 di Bangkok, menandai model keempat perusahaan induk Changan di Thailand, setelah peluncuran Deepal L07 dan S07 pada tahun 2023 dan Lumin L awal tahun ini.

Asia Tenggara, dengan Thailand sebagai jantungnya, kini menjadi pusat bagi produsen mobil Tiongkok, terutama yang membuat kendaraan listrik, dan menjadi batu loncatan bagi mereka untuk menjajaki lebih banyak pasar luar negeri.

“Kami yakin dengan kemampuan kami menjadikan Thailand sebagai pasar strategis bagi bisnis global kami,” kata Chen Zuo, presiden kami.

Merek mobil Tiongkok telah memimpin pasar kendaraan listrik yang baru lahir namun berkembang pesat di Thailand, berkat fitur-fitur inovatif yang tersedia pada kendaraan mereka.

Menurut pihak berwenang Thailand, 76.000 kendaraan listrik akan dijual di Thailand pada tahun 2023, 80 persen di antaranya adalah model Tiongkok.

Pemerintah Thailand berambisi di bidang kendaraan listrik. Sebagai pusat manufaktur dan ekspor otomotif regional, pemerintah Thailand bertujuan untuk mengubah 30 persen produksi mobil tahunan menjadi kendaraan listrik pada tahun 2030.

Tujuannya bukan hanya untuk mengirim lebih banyak kendaraan ke negara tersebut, tetapi juga untuk menarik perusahaan Tiongkok agar memproduksi kendaraan secara lokal.

Menurut Dewan Investasi Thailand, banyak pembuat kendaraan listrik Tiongkok telah menerima permintaan pemerintah untuk menggunakan suku cadang mobil buatan perusahaan Thailand.

Misalnya, Great Wall Motor akan mengambil 80 hingga 90 persen komponen kendaraan listriknya dari bahan lokal.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Energi Thailand Pirapan Saliratabhaga menyoroti pentingnya investasi dari produsen mobil Tiongkok dalam meningkatkan perekonomian dan mengembangkan sektor industri Thailand.

Changan tahun lalu mengumumkan investasi sebesar 8,86 miliar baht ($268 juta) untuk membangun pabrik produksi kendaraan listrik asing pertama di negara itu, yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2025 dengan kapasitas awal 100,000 unit per tahun.

BYD, yang memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 150.000 kendaraan, mulai beroperasi di pabriknya di Thailand pada awal Juli.

Pabrik ini juga merupakan pabrik pertama BYD di Asia Tenggara, pasar kendaraan listrik regional yang berkembang pesat dimana perusahaan tersebut merupakan pemain utamanya.

Selain BYD, perusahaan termasuk Neta dan Aion telah mendirikan pabrik di daerah tersebut.

Fasilitas manufaktur Ion di Thailand mulai berproduksi pada bulan Juli dengan kapasitas produksi tahunan awal sebesar 50.000 unit. Perseroan juga sedang membangun pabrik di Indonesia yang diharapkan mulai berproduksi pada akhir tahun.

Dua pabrik Neta, satu di Thailand dan satu lagi di Indonesia, mulai memproduksi kendaraan.

Di Asia Tenggara, Neta berada di urutan kedua setelah BYD dalam hal penjualan kendaraan listrik, menurut konsultan China Insights.

“Kami menyambut perusahaan Tiongkok dengan personel produksi baru dan berkualitas untuk mendirikan pabrik mereka dan bahkan kantor pusat lokal di Thailand. Sebagai imbalannya, Thailand akan mengeluarkan lebih banyak langkah insentif untuk mendukung pengembangan mereka,” kata Menteri Perindustrian Thailand Pimphatra Wichaikul pada forum baru-baru ini.

Pimpatra mencontohkan pentingnya peran industri kendaraan listrik dalam negeri dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dikatakannya, hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kita tetapi juga generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *