PF MEDIA

Media Terbaik Membaca Berita Indonesia

Di Balik Rehabilitasi Medan Zoo, Merawat Satwa atau Membangun Masa Depan?

SUMUT – Medan Zoo, salah satu kebun binatang tertua di Sumut, saat ini sedang menjalani renovasi besar-besaran dan rencananya akan selesai pada akhir tahun 2024. Medan Zoo yang memiliki total 106 satwa, termasuk 1 ekor gajah dan 7 ekor harimau, berupaya untuk melengkapinya. memperbaiki perusahaan kumuhnya yang memberikan perawatan terbaik bagi hewan-hewannya.

Salah satu kisah yang menarik perhatian publik adalah matinya Harimau Sumatera Manis berusia 23 tahun pada 20 September 2024. Kematian Manis, salah satu harimau tertua di kebun binatang tersebut menjadi momen duka bagi pengunjung dan warga. Satu Rumah Sakit Kebun Binatang Medan. 

Tahun lalu, enam hewan lain selain Manis mati karena penyakit, termasuk harimau sumatera yang kondisinya kritis.

Anggi, seekor harimau sumatera berusia 19 tahun, saat ini dirawat intensif setelah didiagnosis mengalami gangguan hati dan ginjal. Meski usianya sudah lanjut, Anggi terus menemui tim medis kebun binatang, yang tidak setuju apakah masalah penglihatannya memerlukan perawatan lebih lanjut. 

Sebaliknya, anak Manis, Harimau Bintang Baringin 13, masih dalam kondisi sehat dan terus mendapat perhatian penuh dari petugas perawatan.

Saat ini bangunan sedang mengalami renovasi terutama bagian gudang dan kamar tidur yang belum rampung seluruhnya. Proses ini diharapkan dapat membuka jalan bagi program pertukaran satwa, termasuk harimau Bengal, di kebun binatang lain di Indonesia.

Pak Sulistyo, penanggung jawab perawatan hewan Medan, mengatakan timnya merawat hewan-hewan tersebut seperti anak mereka sendiri. “Setiap pagi kami bersih-bersih rumah, mandi dan makan,” ujarnya, Selasa (1/10/2024).

Ia berharap renovasi berjalan lancar dan fasilitas kebun binatang semakin ditingkatkan.

Namun, tidak semua perusahaan mendapat perhatian yang sama. Sebagian besar kandang masih terbengkalai, antara lain kandang rusa, beberapa sangkar burung dan berbagai area anak-anak, trampolin, dan flying fox yang terbengkalai.

Tingginya pertumbuhan vegetasi juga menunjukkan kurangnya kepedulian secara umum sehingga menambah anggapan bahwa upaya memulihkan citra satwa liar tidaklah baik.

Hilangnya pengunjung dalam jumlah besar sejak merebaknya COVID-19 membuat Kebun Binatang Medan berada dalam situasi yang lebih sulit. Dari 3.000 pengunjung per minggu, jumlah tersebut turun signifikan menjadi hanya 10% dari jumlah tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk menarik perhatian baru, seperti bermitra dengan pihak lain untuk membuat acara malam Dhuna Glow. Namun upaya ini belum mampu mengumpulkan kerumunan pengunjung seperti sebelumnya.

Putri salah satu pengunjung Medan Zoo ini mengaku kaget melihat perubahan setelah sekian lama tidak berkunjung.

Ia menyimpulkan pada Selasa (1/10/2024): “Dulu ramai, sekarang sepi. Banyak fasilitas yang tidak tertata, termasuk menunggangi anak-anak. Dulu bisa naik gajah, tapi sekarang tidak kuat.”

Putri berharap kedepannya jumlah satwa semakin banyak, kandang direnovasi, dan tersedia tempat bermain anak sehingga pengunjung bisa lebih asyik melihat satwa.

Kebun Binatang Medan menghadapi banyak permasalahan serius namun diharapkan dengan dukungan pemerintah, BKSDA dan pengelola kebun binatang, renovasi ini dapat mengembalikan kejayaan Kebun Binatang Medan sebagai kawasan hiburan dan konservasi yang layak untuk dikunjungi. (Suci Say’sah)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *