PF MEDIA

Media Terbaik Membaca Berita Indonesia

Hendri Kampai: Kekuasaan, Kesempatan untuk Berbuat Baik atau Kezaliman yang Menghancurkan

Politik – Kekuasaan dianggap sebagai alat yang ampuh untuk mengarahkan masyarakat menuju kesejahteraan. Amanah yang diberikan kepada pemimpin mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk beramal shaleh, menegakkan keadilan dan membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Kekuasaan harus digunakan untuk membawa perubahan positif yang menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang, bukan sebagai sarana penindasan atau promosi diri. Kekuatan yang digunakan secara bijak adalah kesempatan untuk berbuat baik. Pemimpin yang berkomitmen baik akan merumuskan kebijakan yang meningkatkan kesejahteraan sosial. Misalnya, pemimpin yang fokus pada pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Mereka akan terlihat sebagai sosok yang tidak hanya pengertian namun juga peduli dan berani berkorban demi kebahagiaan orang banyak. Kekuasaan lebih dari sekedar berbuat baik, namun juga merupakan sarana untuk menegakkan keadilan. Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang memberikan hak kepada setiap orang dan tidak memilih cinta. Di bawah kepemimpinan yang adil, semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama tanpa diskriminasi. Terjaganya keadilan akan menimbulkan rasa percaya di kalangan masyarakat terhadap kepemimpinan dan pemerintahannya, dengan membangun masyarakat yang damai dan harmonis. Namun ketika kekuasaan disalahgunakan dan diwarnai oleh para taipan, maka rakyatlah yang menjadi korbannya. Pemimpin yang tidak adil yang menggunakan kekuasaannya untuk menindas dirinya sendiri dan menjadikan dirinya dibenci di hati rakyat. Kezaliman akan membuat masyarakat merasa putus asa dan pada akhirnya akan menumbuhkan keberanian untuk melawan. Ada beberapa sejarah yang menunjukkan bahwa kelanjutan kekuasaan hanya akan berujung pada pemberontakan dan akhirnya penggulingan kekuasaan. Apa yang tampak sebagai kekuasaan absolut bisa berakhir ketika rakyat bersatu untuk menuntut keadilan. Yang lebih buruk lagi, kediktatoran memberikan stigma pada nama keluarga dan nama keluarga pemimpinnya. Anak cucu pemimpin yang tidak adil akan mewarisi noda buruk dan seringkali sulit menghapus namanya. Sejarah mencatat, kekerasan tersebut akan selalu diingat selamanya dan nama yang rusak akibat kekejaman para pemimpin akan sulit dipulihkan. Pada akhirnya, kekuasaan adalah sebuah pilihan. Ketika seseorang diberdayakan, mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan kekuasaan itu dengan bijak atau sebaliknya. Pilihan ini tidak hanya berdampak pada dirinya dan kepemimpinannya, tetapi juga generasi berikutnya. Jakarta, 14 November 2024 Hendry Cambay, Presiden Jurnal Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *